JAYABAYA dan SEMAR

  • 0



























       
Sri Aji Jayabaya adalah Raja Kediri yang memerintah pada 1135 – 1157, Beliau merupakan titisan Dewa Wisnu yang adalah Dewa pemelihara dunia, yang bertugas mengharmonisasikan antara alam dan seluruh ciptaan. Dalam suasana Pandemi penyakit ini, Dewa Wisnu menemui manusia dengan diselimuti awan hitam pekat. Walaupun tanpa bicara  beliau menampakan kekecewaannya serta kesedihannya. Kecewa karena manusia tidak membantu tugasnya untuk memelihara dan merawat alam, bahkan telah merusak ekologi alam. Bersedih karena, akibat kerusakan tersebut, muncul penyakit pembunuh yang menyerang manusia di seluruh dunia, dan tidak ada obatnya.
Ketika manusia yang ditemui tersebut menanyakan bagaimana solusinya?, Sri Aji Jayabaya segera lenyap. Dibalik awan hitam tempat Sang Raja Kediri itu musnah, nampaklah sosok Eyang Semar duduk bersila di depan gunung. Seperti halnya Sri Aji Jayabaya, pamomong manusia sepanjang jaman itu tidak mengatakan sesuatu, tetapi tangannya menuding untuk menunjukkan jalan agar terhindar dari pagebluk atau pandemi ini. Manusia pun menyadari kesalahannya bahwa selama ini telah meninggalkan dan menutupi Eyang Semar yang adalah Dewa yang menjelma pamomong, untuk mengajak manusia mencintai alam, mencintai sesama manusia dan mahkluk hidup lainnya dan mencintai Tuhan dengan segenap akal budi serta hati yang tulus.  
Ketika memandang gunung tempat Eyang Semar duduk bersila mengeluarkan asap putih, rasa optimis pun tumbuh, ada pertanda bahwa suasana yang gelap akan berangsur-angsur lenyap dan berganti terang benderang.

Kisah mimpi Galuh Kencana yang dilukis oleh herjaka hs.
oil on canvas
63 x 100cm
karya herjaka hs  ke 2642 tahun 2020
 
Sri Aji Jayabaya is the King of Kediri who ruled in 1135 - 1157, he was the incarnation of Lord Vishnu who was the guardian god of the world, whose task was to harmonize between nature and all creation. In the atmosphere of this disease pandemic, Lord Vishnu met human beings covered in deep black clouds. Although without speaking he expressed his disappointment and sadness. Disappointed because humans do not help their duty to preserve and care for nature, it has even damaged the ecology of nature. Sad because, due to the damage, there is a killer disease that attacks humans around the world, and there is no cure.
When the human being was asked asked how the solution ?, Sri Aji Jayabaya vanished immediately. Behind the black clouds where the King of Kediri was destroyed, there was the figure of Grandmother Semar sitting cross-legged in front of the mountain. Like Sri Aji Jayabaya, the human guide throughout the ages did not say anything, but his hand pointed to show the way to avoid this pandemic or pandemic. Humans also realize their mistakes that so far have left and covered Grandmother Semar who is a God who incarnated pamomong, to invite people to love nature, love fellow human beings and other living creatures and love God with all the mind and a sincere heart.
When looking at the mountain where Eyang Semar sat cross-legged issued white smoke, a sense of optimism grew, there were signs that the dark atmosphere would gradually disappear and turn brightly lit.

The story of Galuh Kencana's dream painted by Herjaka hs.


No comments: