Di
saat Puntadewa yang dijuluki ‘Ajathasatru’ yang artinya tidak bermusuh, maju
perang menghadapi Prabu Salya. Konon yang dihadapi Puntadewa mempunyai aji
Candrabirawa, sebuah ajian berupa raksasa ganas. Raksasa itu akan berlipat
jumlahnya jika diperangi. Satu raksasa dibunuh akan menjadi dua, dua dibunuh
menjadi empat, empat menjadi enambelas dan seterusnya. Tidak hanya itu, aji
Candrabirawa juga disertai dengan penyakit-penyakit aneh yang menyerang dengan
membabi buta, sehingga memakan banyak korban. Namun kali ini Aji Candrabirawa
menemui batunya. Puntadewa tidak melawannya apalagi membunuh raksasa itu,
sehingga raksasa itu tidak menjadi banyak. Karena tidak diserang, Raksasa
Candrabirawa menggigit Puntadewa untuk memancing amarahnya. Namun Puntadewa
tidak marah. Malahan ia membiarkan darahnya dihisap oleh raksasa ganas itu.
Tiba-tiba Raksasa Candrabirawa melepaskan gigitannya, ia berguling-guling
kesakitan seperti habis meminum racun. Karena yang dihisap bukan sembarang
darah, tetapi darah putih yang hanya dimiliki oleh Manusia Ajathasatru. Dengan
kekalahan Candrabirawa, Prabu Salnya sebagai pemilik ajian tersebut mengaku
kalah dan menyerahkan hidupnya kepada
Puntadewa. Salya pun gugur di penghujung Perang Bharatayudha hari ke 18.
Bersamaan dengan sirnanya Aji Candrabirawa, penyakit aneh yang menyerang rakyat
Pandhawa pun lenyap.
The train was hailed by a thousand angels.
When Puntadewa,
nicknamed "Ajathasatru" which means not hostile, went to war against
King Salya. It is said that faced by Puntadewa has Candrabirawa aji, a spell in
the form of a ferocious giant. The giant will multiply if fought. One giant
killed will be two, two killed to four, four to sixteen and so on. Not only
that, aji Candrabirawa is also accompanied by strange diseases that attack
blindly, so it takes many victims. But this time Aji Candrabirawa met his
stone. Puntadewa did not fight him let alone kill the giant, so that the giant
did not become many. Because it was not attacked, Giant Candrabirawa biting
Puntadewa to provoke his anger. But Puntadewa was not angry. Instead he let his
blood be sucked by the ferocious giant. Suddenly Giant Candrabirawa let go of
his bite, he rolled around in pain as if he had drank poison. Because what is
sucked is not just any blood, but white blood which is only possessed by
Ajathasatru Man. With Candrabirawa's defeat, Prabu Salnya, as the owner of the
spell, claimed defeat and gave his life to Puntadewa. Salya was killed at the
end of the Bharatayudha War day 18. Along with the disappearance of Aji
Candrabirawa, the strange disease that attacked the Pandhawa people vanished.
ink on paper
70 x 50 cm
the work of herjaka
hs 29 April 2006
No comments:
Post a Comment