Dengan meninggalkan atau menidurkan hal-hal duniawi dan memasuki keheningan niscaya setiap hati akan dapat berjumpa dengan Sang Pencipta Dunia
lukisan cat minyak pada kanvas
150 x 100cm
karya herjaka HS 2015
Sawitri Oh
Sawitri
Herjaka HS
(2) Meninggalkan Kemewahan
Pagi-pagi
buta wanci fajar gidib Sawitri
berjalan kaki meninggalkan keraton beserta seluruh kemewahannya. Prabu Aswapati
dan Ibunda Ratu mengantar kepergian Sawitri sampai pintu pungkuran. Tentu saja Ibunda
Ratu sangat mencemaskan putrinya. Bagaimana tidak. Hanya dengan bekal seadanya,
Sawitri, anak raja yang cantik jelita, meninggalkan istana tanpa pengawalan.
Untuk
menghindari perhatian yang berlebihan dari orang-orang yang ditemuinya di
jalan, terutama mereka yang berniat jahat, Sawitri sengaja mengenakan pakaian
seperti yang dipakai para pedagang wanita. Selain itu, ia juga menghindari
keramaian-keramaian kota, baik kota kadipaten maupun kota kademangan, yang dirasa identik dengan kemewahan dan
hal-hal keduniawian. Yang dipilih adalah jalan setapak di di pinggir dusun, di
tengah hutan mau pun di lereng-lereng pegunungan, karena jika berpapasan dengan
orang-orang di jalan tersebut, ia akan menemukan senyum keramahan orang-orang
setempat yang bersahaja.
Jika
terpaksa harus melewati jalan besar, Sawitri berusaha secepat mungkin memotong
jalan untuk kemudian kembali menuju jalan setapak yang sepi. Hal tersebut
dilakukan agar dirinya tidak menarik perhatian orang-orang yang lewat di jalan raya.
Bila
hari menjelang gelap, Sawitri menumpang tidur di rumah inap yang sederhana
namun bersih. Jika ditanya asal-usul serta tujuannya, Sawitri selalu mengatakan
bahwa dirinya berasal dari kota, sedang mencari satu-satunya saudara laki-laki
yang meninggalkan rumah entah pergi ke mana, tanpa pamit dan tidak ada kabar
berita.
Sawitri
memang sengaja membangun sebuah angan, bahwa perjalanannya itu merupakan sebuah
laku
untuk menemukan “saudara laki-laki” yang mempunyai sorot mata teduh,
budi lurus, berhati tulus, dan jauh dari nafsu-nafsu duniawi. Ibarat sebuah doa
litani yang selalu didaraskan pada setiap langkahnya, ia berkeyakinan bahwa
pada saatnya ia bakal menemukan sosok yang ia cari.
Berhari-hari,
bahkan sudah melewati hitungan bulan, Sawitri meninggalkan kota raja. Banyak
rintangan menghadang, baik secara lahir maupun batin. Namun hal itu tidak
menyurutkan niatnya. Bahkan, sepanjang perjalanan ia bertekad untuk melakukan tapa ngrame dengan membantu atau
menolong orang-orang yang kesulitan dan berbagi dengan orang yang membutuhkan. (bersambung)

No comments:
Post a Comment