DEMI JABATAN. Setelah Taman Sriwedari berada di Maespat kisah tragis antara
kakak beradik pun dimulai. Ketika Dewi Citrawati bersenang-senang bersama para
dhayang-dhayangnya, Sukrasana datang. Karuan saja mereka lari ketakutan. Ada
setaaan!!!
Sumantri ditugaskan untuk mengusir setan tersebut. Maka kemudian secara
diam-diam ditemuilah setan itu yang tak lain adalah adiknya.
”Sukrasana, adikku yang baik. Maukah engkau meninggalkan aku dan pulang ke
pertapaan Ardisekar.”
”Kakang Sumantri, jangan ingkar janji ya, katanya jika aku dapat memindah
taman Sriwedari aku boleh tinggal bersamamu di Mahespati” rengek Sukrasana
dengan suara cedhal dan manja.
Jika Sumantri mengabulkan permintaan Sukrasana artinya ia gagal mengusir
setan. Tentunya Sumantri tidak mau dirinya dianggap tidak becus mengusir setan,
yang berakibat akan mengancam kedudukannya.
Maka mau-tidak mau Sukrasana harus pergi dari Mahespati.
Dan Sukrasana tidak mau meninggalkan Sumantri.
Bagaimana caranya memaksa Sukrasana. Sumantri pun menemukan akal. Ia
kemudian menarik panah pusakanya untuk menakut-nakuti Sukrasana. Namun ternyata
Sukrasana tidak takut dengan pusaka. Ia lebih takut berpisah lagi dengan
Sumantri.
’Kata simbah Jangan bermain pusaka, nanti kalau ada setan lewat bilahi kamu.’ Sumantri melupakan peringatan leluhur.
Akibatnya fatal. Anak panah lepas dan meluncur dari busurnya tepat mengenai jantung Sukrasana.
Sukrasana rebah tak bernyawa dipangkuan Sumantri, kakaknya yang dicintai
dangan sepenuh hati.
Karya herjaka HS
Cat minyak pada kanvas
60 x 80 cm tahun 2013
Koleksi Bapak Aryadi Atamimi Jakarta
No comments:
Post a Comment